Jumat, 22 September 2017

Harga Kabel



Harga kabel sangat dipengaruhi oleh material Tembaga. Karena tembaga memiliki konduktivitas listrik yang baik dan dapat digunakan secara luas sebagai konduktor listrik, yang sering digunakan pada aktifitas sehari-hari dan terutama digunakan untuk produksi kabel. Tembaga bahkan telah menjadi logam ketiga di dunia yang paling banyak digunakan. Karena beberapa alasan tersebut. Permintaan atas tembaga telah meningkat secara dramatis selama beberapa tahun terakhir. Pada industri kabel, Kekhawatiran telah berkembang menjadi keprihatinan internasional ke sejumlah pasar. Dikarenakan harga tembaga secara langsung mempengaruhi harga kabel. Menjadikan mereka yang terlibat dalam industri, baik pemasok dan juga pelanggan sama dipengaruhi oleh fluktuasi harga tembaga. Pada penutupan perdagangan per hari Senin 8/5/2017, harga tembaga di bursa London Metal Exchange (LME) merosot 99 poin atau 1,77% menuju US$5.486 per ton. Ini merupakan level terendah sejak 29 November 2016. Sepanjang tahun berjalan, harga tembaga turun 0,89%. Tahun lalu, harga tembaga tumbuh 16,91% dan ditutup di level US$5.535 pada 30 Desember 2016.

Peter Thomas, wakil presiden senior perusahaan broker logam Zaner Group, mengatakan pembelian China menjadi refleksi pasar tembaga global. Ketika konsumsi melambat, harga juga akan bergerak menurun. China menjadi faktor utama yang memengaruhi harga tembaga saat ini," tuturnya seperti dikutip dari Bloomberg, pada Selasa 9/5/2017. Data awal Bea Cukai China yang menyatakan impor tembaga olahan pada April 2017 turun 30% dari bulan sebelumnya menjadi 300.000 ton. Harga semakin tertekan karena stok tembaga di LME mengalami lonjakan. Padahal, tembaga menjadi komoditas yang paling aktif diperdagangkan di LME. Sementara itu, harga logam lainnya tampak bervariasi. Harga aluminium merosot 24 poin atau 1,26% menuju US$1.879 per ton. Sepanjang tahun berjalan, harga menguat 10,99%. Dalam waktu yang sama, seng menguat 7 poin atau 0,27% menjadi US$2.589 per ton. Harga tumbuh 0,50% . Hal-hal tersebutlah yang mempengaruhi harga kabel.

Karena tembaga adalah produk hasil pertambangan, maka tidak ada salahnya kita melihat perusahaan yang dengan hasil tambang yang terbesar di dunia. Dengan kekayaan mineral negaranya, perusahaan tersebut mampu menjelma menjadi raksasa tambang dunia. Urutan pertama adalah perusahaan tambang Codelco dari Chile, produsen tembaga ini menghasilkan tambang hingga 1.523 metrik ton (mt) per tahun pada 2013. Pada urutan kedua, perusahaan tambang dari Jerman Aurubis AG menghasilkan hingga 1.130 metrik ton. Perusahaan tambang lainnya yang mencatat produksi terbesar adalah perusahaan Glencore Xstrata Plc. Perusahaan tambang terbesar keempat di dunia ini merupakan perusahaan hasil merger antara Glencore International Plc, agen pemasaran komoditas terbesar dunia. Perusahaan asal Swiss ini telah memproduksi sebanyak 1.100 mt pada 2013. Selanjutnya, perusahaan lainnya yang berhasil mencatat produksi terbesar pada 2013 adalah Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc adalah produsen terbesar emas di dunia dengan produksi selama 2013 adalah 1.080 mt. Perusahaan Amerika ini memiliki beberapa anak perusahaan termasuk PT Freeport Indonesia, PT Irja Eastern Minerals and Atlantic Copper SA.

Di Indonesia sendiri PT Smelting di Gresik, Jawa Timur, merupakan smelter tembaga pertama di Indonesia yang dimiliki oleh PTFI dan konsorsium Jepang. PT Smelting Gresik memiliki kapasitas pemurnian hingga 1 juta ton konsentrat tembaga per-tahun yang seluruhnya berasal dari tambang PTFI di Kabupaten Mimika, Papua. Saat ini PT Freeport Indonesia merupakan pemasok konsentrat tembaga terbanyak pertahunnya di Indonesia. Atas dasar ini maka seharusnya industri kabel listrik di Indonesia bisa bertahan dan menopang produksinya dengan tembaga dari pertambangan di Indonesia sendiri. Harga kabel pun harusnya bisa ditekan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar