Harga kabel sangat dipengaruhi oleh material Tembaga. Karena tembaga memiliki konduktivitas
listrik yang baik dan dapat digunakan secara luas sebagai konduktor listrik,
yang sering digunakan pada aktifitas sehari-hari dan terutama digunakan untuk
produksi kabel. Tembaga bahkan telah menjadi logam ketiga di dunia yang paling
banyak digunakan. Karena beberapa alasan tersebut. Permintaan atas tembaga
telah meningkat secara dramatis selama beberapa tahun terakhir. Pada industri
kabel, Kekhawatiran telah berkembang menjadi keprihatinan internasional ke
sejumlah pasar. Dikarenakan harga tembaga secara langsung mempengaruhi harga kabel. Menjadikan mereka yang terlibat dalam industri, baik pemasok dan juga pelanggan
sama dipengaruhi oleh fluktuasi harga tembaga. Pada penutupan perdagangan per
hari Senin 8/5/2017, harga tembaga di bursa London Metal Exchange (LME) merosot
99 poin atau 1,77% menuju US$5.486 per ton. Ini merupakan level terendah sejak
29 November 2016. Sepanjang tahun berjalan, harga tembaga turun 0,89%. Tahun
lalu, harga tembaga tumbuh 16,91% dan ditutup di level US$5.535 pada 30
Desember 2016.
Peter Thomas, wakil presiden senior perusahaan
broker logam Zaner Group, mengatakan pembelian China menjadi refleksi pasar tembaga
global. Ketika konsumsi melambat, harga juga akan bergerak menurun. China
menjadi faktor utama yang memengaruhi harga tembaga saat ini," tuturnya
seperti dikutip dari Bloomberg, pada Selasa 9/5/2017. Data awal Bea
Cukai China yang menyatakan impor tembaga olahan pada April 2017 turun 30% dari
bulan sebelumnya menjadi 300.000 ton. Harga semakin tertekan karena stok
tembaga di LME mengalami lonjakan. Padahal, tembaga menjadi komoditas yang
paling aktif diperdagangkan di LME. Sementara itu, harga logam lainnya tampak
bervariasi. Harga aluminium merosot 24 poin atau 1,26% menuju US$1.879 per ton.
Sepanjang tahun berjalan, harga menguat 10,99%. Dalam waktu yang sama, seng
menguat 7 poin atau 0,27% menjadi US$2.589 per ton. Harga tumbuh 0,50% . Hal-hal tersebutlah yang mempengaruhi harga kabel.
Karena tembaga adalah produk hasil
pertambangan, maka tidak ada salahnya kita melihat perusahaan yang dengan hasil
tambang yang terbesar di dunia. Dengan kekayaan mineral negaranya, perusahaan
tersebut mampu menjelma menjadi raksasa tambang dunia. Urutan pertama adalah perusahaan
tambang Codelco dari Chile, produsen tembaga ini menghasilkan tambang hingga
1.523 metrik ton (mt) per tahun pada 2013. Pada urutan kedua, perusahaan
tambang dari Jerman Aurubis AG menghasilkan hingga 1.130 metrik ton. Perusahaan
tambang lainnya yang mencatat produksi terbesar adalah perusahaan Glencore
Xstrata Plc. Perusahaan tambang terbesar keempat di dunia ini merupakan
perusahaan hasil merger antara Glencore International Plc, agen pemasaran
komoditas terbesar dunia. Perusahaan asal Swiss ini telah memproduksi sebanyak
1.100 mt pada 2013. Selanjutnya, perusahaan lainnya yang berhasil mencatat
produksi terbesar pada 2013 adalah Freeport-McMoRan Copper & Gold Inc
adalah produsen terbesar emas di dunia dengan produksi selama 2013 adalah 1.080
mt. Perusahaan Amerika ini memiliki beberapa anak perusahaan termasuk PT
Freeport Indonesia, PT Irja Eastern Minerals and Atlantic Copper SA.
Di Indonesia sendiri PT Smelting di Gresik, Jawa
Timur, merupakan smelter tembaga pertama di Indonesia yang dimiliki oleh PTFI
dan konsorsium Jepang. PT Smelting Gresik memiliki kapasitas pemurnian hingga 1
juta ton konsentrat tembaga per-tahun yang seluruhnya berasal dari tambang PTFI
di Kabupaten Mimika, Papua. Saat ini PT Freeport Indonesia merupakan pemasok
konsentrat tembaga terbanyak pertahunnya di Indonesia. Atas dasar ini maka
seharusnya industri kabel listrik di Indonesia bisa bertahan dan menopang produksinya
dengan tembaga dari pertambangan di Indonesia sendiri. Harga kabel pun harusnya bisa ditekan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar